KEUNGGULAN PONDOK PESANTREN MODREN DARUSSALAM
“Salah satu keunggulan pendidikan di Pondok Pesantren
dibandingkan Lembaga Pendidikan Formal adalah ketaatan siswa kepada
pendidik (Kyai)” demikian dikatakan Drs. H. Tri Hidayat selaku Kepala
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Blora dalam acara Pembukaan Fastival
Madrasah Diniyah tingkat Kecamatan se Kabupaten Blora. Kegiatan tersebut
juga dimeriahkan parade Drum Band dan Marching Band dari MI dan MTs As
Salafiyah Gedongsari.
Pelaksanaan Kegiatan Fastival yang dilaksanakan hari Ahad tanggal 8 Januari 2011 di Pondok Pesantren Salafiyah Gedongsari Kec. Banjarejo tersebut menurut K.H. Muslih A.Ma selaku Ketua Panitia, Fastival Madin merupakan awal lomba di tiap Kecamatan untuk selanjutnya dilaksanakan oleh Forum Kerjasama Madrasah Diniyah (FKMD) di wilayahnya masing-masing. “Kegiatan ini diikuti lebih dari 100 peserta, memperebutkan kejuaraan dari 7 (tujuh) cabang Lomba meliputi Qiroatul Kutub, Hafalan Juz ‘Amma, Hafalan Nadhom Aqidatul Awam, Tilawatil Qur’an, Pidato Bahasa Arab dan Indonesia serta Kaligrafi”. lanjut Ketua FKMD Kec. Banjarejo tersebut.
Dalam kesempatan yang sama Kepala Kantor Kementerian Agama yang alumnus Fakultas Ushuludin IAIN Walisongo Tahun 1985 ini juga memaparkan bahwa Kyai sebagai tokoh sentral dalam Pondok Pesantren memberikan totalitas waktu, tenaga dan perhatiannya untuk mendidik santri, tidak hanya menyampaikan materi pelajaran yang bersumber dari Al Qur’an Hadis maupun Kitab-Kitab Klasik (Kuning) saja, akan tetapi juga sebagai teladan dalam kegiatan kesehariannya”
Pada dekade ini banyak tokoh pendidikan yang mengadopsi pola pendidikan Pondok Pesantren. Bahkan pola pendidikan di Pondok Pesantren telah menjadi inspirasi di Luar Negeri (Jepang) dengan model Boarding School maupun Lesson Study.
Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren yang banyak ditiru oleh lembaga pendidikan modern sekarang antara lain dari segi:
- Interaksi langsung antara Kyai dan santri.
- Hidup bersahaja/sedehana walaupun gedungnya megah.
- Belajar dan beribadah berlangsung 24 jam.
- Hubungan antara santri dan Kyai merupakan hubungan multi dimensional.
- Kebiasaan hidup mandiri.” demikian kata tokoh yang lahir di lingkungan pesantren dari Kudus tersebut.
Keunggulan pendidikan di Pondok Pesantren karena Pola Pendidikan yang khas, yang tidak dimiliki oleh Lembaga Pendidikan Formal, antara lain:
Anak yang masuk lingkungan Pondok Pesantren, umumnya disampaikan kontrak belajar antara orang tua, kyai dan santri secara langsung, (walaupun tidak tertulis) yang intinya tentang penyerahan anak sepenuhnya kepada Kyai untuk dididik dengan peraturan serta tata cara hidup dan belajar di Pondok Pesantren. Di samping itu lingkungan pergaulan di Pondok Pesantren terkontrol dengan ketat. Setiap pelanggaran yang dilakukan santri akan di ta’zir (dihukum) tanpa pandang bulu. Dan yang paling utama adalah kesederhanaan dan keikhlasan Kyai dalam mendidik santri memberikan suri tauladan yang membekas dalam pada perilaku santri, bahkan perilaku itu tetap tertanam walaupun santri telah keluar dari Pondok PeantrenPara Santri di Pondok Pesantren Miliki Kelebihan Akhlak dan Imtak [Agama dan Pendidikan]
Tangerang, Pelita
Penasihat Pondok Pesantren Darul Hasan Cipondoh Tangerang, Mayjen (Purn) CPM Syamsu Djalal SH mengatakan para santri yang belajar di Pondok Pesantren memiliki kelebihan akhlak dan budi pekerti, serta dilengkapi penanaman iman dan takwa (imtak).
Akhlak, budi pekerti serta iman dan takwa inilah yang saya maksud kelebihan yang selalu ditanamkan di Pondok Pesanten, selain pelajaran agama lainnya, ucap mantan Komandan Puspom TNI ini di Pondok Pesantren Darul Hasan Sipon, Tangerang, kemarin, sehubungan dengan pelepasan dua santri Pondok Pesantren Darul Hasan mengikuti jambore sedunia di London, Inggris.
Syamsu Djalal didampingi Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hasan KH Tadjuddin Hasan dan Pimpinan Pondok Pesantren Darul Hasan Drs H Sufyan Hariri MPd. Menurutnya, pondok pesantren yang selama ini dinilai terbelakang dan para santrinya dari kalangan miskin, kini sudah berbalik. Mereka bisa bersaing dengan siswa dari sekolah-sekolah umum, bukan hanya tingkat kabupaten atau provinsi, tetapi juga nasional, bahkan inernasional.
Contohnya, dua santri Pondok Pesantren Darul Hasan mengikuti jambore internasional di Inggris. Itu luar biasa. Mereka bukan hanya mewakili pondok pesantren ini, tapi juga mewakili kota Tangerang dan Provinsi Banten, ucap putra pasangan Djalaluddin dan Samsinar ini.
Pondok pesantren, lanjutnya, selain mempelajari ilmu-ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu umum, seperti matematika, fisika, kimia, dan lain-lain. Ini tentunya memiliki kelebihan tersendiri, bahkan mempunyai nilai lebih.
Di pesantren diajarkan bagaimana berbudi pekerti yang baik dan selalu ditanamkan iman dan takwa. Coba, tidak ada tawuran yang dilakukan santri. Tapi di luar, tawuran merajalela yang banyak melibatkan sekolah-sekolah umum, ucap mantan Jaksa Agung Muda (intelijen) ini.
Iman dan takwa merupakan dasar bagi anak-anak untuk melangkah ke depan, dilandasi semangat juang dan rasa kebangsaan nasionalismenya bisa tumbuh. Sekali lagi, semua ini dilandasi semangat iman dan takwa, katanya.
Dia menjelaskan dalam era globalisasi ini muncul opini dari berbagai segi dan lini. Sebagian orang hanya memikirkan dirinya dan golongannya saja, tidak lagi memikirkan bangsa. Tidak lagi memperdulikan masalah persatuan kebangsaan dalam negara Indonesia ini, perhatiannya terhadap nasionalisme dan perjuangan bangsa sudah memudar, sehingga selalu berupaya memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini yang harus kita hindari. Mari kita tanamkan anak-anak, para santri kita kepada kehidupan mendatang. Keimanan dan ketakwaan akan menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Persatuan dan kesatuan modal utama untuk tetap cinta dan kokoh membela Negara Kesatuan Republik Indonesia, kata putra kelahiran Padang, Sumatera Barat, 64 tahun lalu ini.
Menyinggung masalah narkoba yang kini sudah menggerogoti pemuda Indonesia, Syamsu Djalal mengingatkan kepada para orangtua dan guru agar berhati-hati dan selalu mengawasi anak-anaknya. Narkoba itu barang haram. Mengapa haram? karena dapat merusak jasmani dan rohani bagi yang menggunakannya.
Dia mencontohkan babi itu haram. Haram karena babi itu binatang kotor, dagingnya banyak mengandung cacing pita. Agama juga mengajarkan untuk cinta pada kebersihan, karena kebersihan itu sebagian dari iman.
Oleh karena itu, tinggalkan yang kotor-kotor. Perbuatan yang mengarah kekotoran itu dilarang, termasuk binatang-binatang yang kotor seperti babi. Tempat yang kotor sangat disenangi setan. WC salah satu tempatnya setan. Nah bagaimana mengusir setan dari WC, kita harus selalu membersihkannya dengan dibantu bacaan yang diajarkan dalam agama. Insya Allah aman, katanya. (dik)
Pelaksanaan Kegiatan Fastival yang dilaksanakan hari Ahad tanggal 8 Januari 2011 di Pondok Pesantren Salafiyah Gedongsari Kec. Banjarejo tersebut menurut K.H. Muslih A.Ma selaku Ketua Panitia, Fastival Madin merupakan awal lomba di tiap Kecamatan untuk selanjutnya dilaksanakan oleh Forum Kerjasama Madrasah Diniyah (FKMD) di wilayahnya masing-masing. “Kegiatan ini diikuti lebih dari 100 peserta, memperebutkan kejuaraan dari 7 (tujuh) cabang Lomba meliputi Qiroatul Kutub, Hafalan Juz ‘Amma, Hafalan Nadhom Aqidatul Awam, Tilawatil Qur’an, Pidato Bahasa Arab dan Indonesia serta Kaligrafi”. lanjut Ketua FKMD Kec. Banjarejo tersebut.
Dalam kesempatan yang sama Kepala Kantor Kementerian Agama yang alumnus Fakultas Ushuludin IAIN Walisongo Tahun 1985 ini juga memaparkan bahwa Kyai sebagai tokoh sentral dalam Pondok Pesantren memberikan totalitas waktu, tenaga dan perhatiannya untuk mendidik santri, tidak hanya menyampaikan materi pelajaran yang bersumber dari Al Qur’an Hadis maupun Kitab-Kitab Klasik (Kuning) saja, akan tetapi juga sebagai teladan dalam kegiatan kesehariannya”
Pada dekade ini banyak tokoh pendidikan yang mengadopsi pola pendidikan Pondok Pesantren. Bahkan pola pendidikan di Pondok Pesantren telah menjadi inspirasi di Luar Negeri (Jepang) dengan model Boarding School maupun Lesson Study.
Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren yang banyak ditiru oleh lembaga pendidikan modern sekarang antara lain dari segi:
- Interaksi langsung antara Kyai dan santri.
- Hidup bersahaja/sedehana walaupun gedungnya megah.
- Belajar dan beribadah berlangsung 24 jam.
- Hubungan antara santri dan Kyai merupakan hubungan multi dimensional.
- Kebiasaan hidup mandiri.” demikian kata tokoh yang lahir di lingkungan pesantren dari Kudus tersebut.
Keunggulan pendidikan di Pondok Pesantren karena Pola Pendidikan yang khas, yang tidak dimiliki oleh Lembaga Pendidikan Formal, antara lain:
Anak yang masuk lingkungan Pondok Pesantren, umumnya disampaikan kontrak belajar antara orang tua, kyai dan santri secara langsung, (walaupun tidak tertulis) yang intinya tentang penyerahan anak sepenuhnya kepada Kyai untuk dididik dengan peraturan serta tata cara hidup dan belajar di Pondok Pesantren. Di samping itu lingkungan pergaulan di Pondok Pesantren terkontrol dengan ketat. Setiap pelanggaran yang dilakukan santri akan di ta’zir (dihukum) tanpa pandang bulu. Dan yang paling utama adalah kesederhanaan dan keikhlasan Kyai dalam mendidik santri memberikan suri tauladan yang membekas dalam pada perilaku santri, bahkan perilaku itu tetap tertanam walaupun santri telah keluar dari Pondok PeantrenPara Santri di Pondok Pesantren Miliki Kelebihan Akhlak dan Imtak [Agama dan Pendidikan]
Tangerang, Pelita
Penasihat Pondok Pesantren Darul Hasan Cipondoh Tangerang, Mayjen (Purn) CPM Syamsu Djalal SH mengatakan para santri yang belajar di Pondok Pesantren memiliki kelebihan akhlak dan budi pekerti, serta dilengkapi penanaman iman dan takwa (imtak).
Akhlak, budi pekerti serta iman dan takwa inilah yang saya maksud kelebihan yang selalu ditanamkan di Pondok Pesanten, selain pelajaran agama lainnya, ucap mantan Komandan Puspom TNI ini di Pondok Pesantren Darul Hasan Sipon, Tangerang, kemarin, sehubungan dengan pelepasan dua santri Pondok Pesantren Darul Hasan mengikuti jambore sedunia di London, Inggris.
Syamsu Djalal didampingi Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hasan KH Tadjuddin Hasan dan Pimpinan Pondok Pesantren Darul Hasan Drs H Sufyan Hariri MPd. Menurutnya, pondok pesantren yang selama ini dinilai terbelakang dan para santrinya dari kalangan miskin, kini sudah berbalik. Mereka bisa bersaing dengan siswa dari sekolah-sekolah umum, bukan hanya tingkat kabupaten atau provinsi, tetapi juga nasional, bahkan inernasional.
Contohnya, dua santri Pondok Pesantren Darul Hasan mengikuti jambore internasional di Inggris. Itu luar biasa. Mereka bukan hanya mewakili pondok pesantren ini, tapi juga mewakili kota Tangerang dan Provinsi Banten, ucap putra pasangan Djalaluddin dan Samsinar ini.
Pondok pesantren, lanjutnya, selain mempelajari ilmu-ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu umum, seperti matematika, fisika, kimia, dan lain-lain. Ini tentunya memiliki kelebihan tersendiri, bahkan mempunyai nilai lebih.
Di pesantren diajarkan bagaimana berbudi pekerti yang baik dan selalu ditanamkan iman dan takwa. Coba, tidak ada tawuran yang dilakukan santri. Tapi di luar, tawuran merajalela yang banyak melibatkan sekolah-sekolah umum, ucap mantan Jaksa Agung Muda (intelijen) ini.
Iman dan takwa merupakan dasar bagi anak-anak untuk melangkah ke depan, dilandasi semangat juang dan rasa kebangsaan nasionalismenya bisa tumbuh. Sekali lagi, semua ini dilandasi semangat iman dan takwa, katanya.
Dia menjelaskan dalam era globalisasi ini muncul opini dari berbagai segi dan lini. Sebagian orang hanya memikirkan dirinya dan golongannya saja, tidak lagi memikirkan bangsa. Tidak lagi memperdulikan masalah persatuan kebangsaan dalam negara Indonesia ini, perhatiannya terhadap nasionalisme dan perjuangan bangsa sudah memudar, sehingga selalu berupaya memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini yang harus kita hindari. Mari kita tanamkan anak-anak, para santri kita kepada kehidupan mendatang. Keimanan dan ketakwaan akan menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Persatuan dan kesatuan modal utama untuk tetap cinta dan kokoh membela Negara Kesatuan Republik Indonesia, kata putra kelahiran Padang, Sumatera Barat, 64 tahun lalu ini.
Menyinggung masalah narkoba yang kini sudah menggerogoti pemuda Indonesia, Syamsu Djalal mengingatkan kepada para orangtua dan guru agar berhati-hati dan selalu mengawasi anak-anaknya. Narkoba itu barang haram. Mengapa haram? karena dapat merusak jasmani dan rohani bagi yang menggunakannya.
Dia mencontohkan babi itu haram. Haram karena babi itu binatang kotor, dagingnya banyak mengandung cacing pita. Agama juga mengajarkan untuk cinta pada kebersihan, karena kebersihan itu sebagian dari iman.
Oleh karena itu, tinggalkan yang kotor-kotor. Perbuatan yang mengarah kekotoran itu dilarang, termasuk binatang-binatang yang kotor seperti babi. Tempat yang kotor sangat disenangi setan. WC salah satu tempatnya setan. Nah bagaimana mengusir setan dari WC, kita harus selalu membersihkannya dengan dibantu bacaan yang diajarkan dalam agama. Insya Allah aman, katanya. (dik)
Leburkan hati dengan menyantuni anak yatim
Oleh-oleh dari MaBIT Majlis Al-Kauny IX (Bagian 1)
Diriwayatkan
dari Abu Darda’ ra bahwa seorang laki-laki telah datang kepada
Rasulullah saw mengadukan hatinya yang keras, maka beliau saw bersabda,
“Apakah kamu suka jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu
terpenuhi? Sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berilah ia
makan dari makananmu niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhamu
terpenuhi.”
HR. Ath-Thabrani (Lihat Al-Matjar Ar-Rabih oleh Al-Hafizh Ad-Dimyathi No.1509)
HR. Ath-Thabrani (Lihat Al-Matjar Ar-Rabih oleh Al-Hafizh Ad-Dimyathi No.1509)
Pada
tanggal 27-28 Maret lalu, Majlis A-Kauny kembali menggelar Malam Bina
Iman dan Takwa atau MaBIT untuk yang kesembilan kalinya. Tema MaBIT
kali ini ‘Leburkan Hati Dengan Menyantuni Anak Yatim’, dengan
menghadirkan orang-orang istimewa, yang sehari-hari bersentuhan dengan
anak yatim, masing-masing Ust. Sjaiful Hamdi Naumin, Ust. Houtman
Zainal Arifin, dan Bayu Gawtama.
Tema ini sengaja diangkat guna meningkatkan kepedulian kita kepada para anak yatim yang tak mampu, yang telah kehilangan orangtuanya sejak kecil.
Namun yang tak kalah pentingnya adalah memberikan perhatian kepada mereka yang menjadi yatim sebelum masanya. Yaitu anak-anak yang kurang mendapatkan belaian, perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya karena berbagai sebab.
Kemuliaan Terletak Pada Kedermawanan
Seperti pada MaBIT-MaBIT sebelumnya, setelah shalat magrib diadakan acara tilawah lalu dilanjutkan dengan kajian tafsir dan hadist-hadist yang terkait dengan tema MaBIT. Dalam kajiannya Yusuf mengangkat beberapa ayat dari Surat Al-Fajr, yaitu ayat 15-20.
Allah SWT berfirman, “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata, "Tuhanku telah memuliakanku". Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata, "Tuhanku menghinakanku". Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang batil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.”
Kaya
dan miskin adalah ujian dari Allah SWT. Siapa yang diberi kekayaan
lalu dia memanfaatkannya dengan baik guna mendekatkan diri kepada Allah
SWT, maka itulah orang yang mulia. Dan siapa yang bakhil, enggan
berbagi terhadap sesama, maka dialah orang yang hina. Berdasarkan ayat
tersebut di atas, kemuliaan dan kehinaan terletak pada sikap
kedermawanan dan ketulusan dalam berbagi kepada sesama, khususnya
kepada kaum dhuafa.
Berdasarkan ayat di atas pula, terdapat empat faktor yang menyebabkan manusia menjadi hina, yaitu: 1. Tidak memuliakan anak yatim, tidak peduli terhadap orang miskin, 3. mencampur-baurkan harta yang halal dengan yang batil, dan 4. Berlebihan dalam mencintai harta.
Manajemen Pemberdayaan Anak Yatim
Setelah shalat isya dan makan malam, acara MaBIT dilanjutkan dengan menyimak pemaparan Ust. Sjaiful Hamdi Naumin tentang strategi memberdayakan dan memandirkan anak yatim.
Berdasarkan ayat di atas pula, terdapat empat faktor yang menyebabkan manusia menjadi hina, yaitu: 1. Tidak memuliakan anak yatim, tidak peduli terhadap orang miskin, 3. mencampur-baurkan harta yang halal dengan yang batil, dan 4. Berlebihan dalam mencintai harta.
Manajemen Pemberdayaan Anak Yatim
Setelah shalat isya dan makan malam, acara MaBIT dilanjutkan dengan menyimak pemaparan Ust. Sjaiful Hamdi Naumin tentang strategi memberdayakan dan memandirkan anak yatim.
Beliau memulai
tausiyahnya dengan saran merenungi kembali sejarah perjalanan
Rasulullah saw sejak berada dalam kandungan hingga beliau wafat.
“Sekarang tanggal berapa Hijriyah?” tanyannya setelah mengungkapkan
puji-pujian kepada Allah SWT dan shalawat kepada Rasulullah saw.
Beliau mengungkapkan bahwa Nabi Muhammad saw adalah sosok anak yatim yang mampu hidup mandiri di bawah pengasuhan kakek kemudian pamannya. “Ayahnya wafat tiga bulan sebelum beliau lahir,” ujarnya.
Beliau mengungkapkan bahwa Nabi Muhammad saw adalah sosok anak yatim yang mampu hidup mandiri di bawah pengasuhan kakek kemudian pamannya. “Ayahnya wafat tiga bulan sebelum beliau lahir,” ujarnya.
Setelah lahir, sebagaimana kebiasaan orang Arab, beliau disusui oleh perempuan Arab badui dari Bani Sa’ad, namanya Halimah As-Sa’diyah. Setelah disusui selama dua tahun, Halimah memohon kepada Aminah, ibunda Muhammad Saw, agar Muhammad tetap berada dalam pengasuhannya hingga umur empat tahun. Halimah melakukan itu setelah melihat adanya keistimewaan tersendiri yang dirasakannya saat mengasuh Muhammad yang yatim sebelum lahir. Aminah setuju.
Empat
tahun telah berlalu. Muhammad dikembalikan ke ibunya, Aminah di kota
Makkah. Ketika berumur enam tahun, Muhammad dibawa oleh ibunya ke
Madinah untuk menziarahi kuburan ayahnya, Abdullah bin Abdul
Muththalib. Namun, dalam perjalanan kembali dari Madinah, ibunda
tercinta dipanggil menghadap Allah SWT. Aminah meninggal dunia di
wilayah Abwa, sebuah desa antara Madinah dan Juhfah, sekitar 37 kilo
meter dari Kota Madinah. Muhammad pun menjadi yatim piatu: hidup tanpa
ayah dan ibu, sebelum memasuki usia baligh.
Di sinilah pentingnya kita mempelajari sejarah perjalanan Rasulullah saw, seorang anak yatim piatu yang mampu menaklukkan dunia dan menoreh sejarah terbaik sepanjang sejarah kehidupan manusia.
Di sinilah pentingnya kita mempelajari sejarah perjalanan Rasulullah saw, seorang anak yatim piatu yang mampu menaklukkan dunia dan menoreh sejarah terbaik sepanjang sejarah kehidupan manusia.
Beliau kemudian menjelaskan bahwa dilihat dari segi kebutuhan, setiap anak memiliki tiga kebutuhan utama. Pertama, kebutuhan fisik, yang terdiri dari makanan, pakaian dan tempat berteduh. Kedua, kebutuhan fasilitas, yang terdiri dari sarana belajar dan sarana kesehatan.
Ketiga, kebutuhan emosional dan psikologis, yang terdiri dari: a) Perhatian dan kasih sayang (bukan usapan), b) Pengakuan dan pujian (bukan basa basi), c) Kesempatan berekspresi (bukan coba-coba), d) Kesempatan berkompetisi (bukan main2), e) Tantangan dan mengatasi kesulitan, f) Unjuk eksistensi, dan g) Kesempatan berbagi (didengar & mendengar).
“Bagi anak yatim, hanya bisa didapat dari orang-orang khusus dan cara-cara khusus,” ujar Master Trainner yang bercita-cita mentraining satu juta anak yatim (hingga saat ini beliau telah mentraining sedikitnya 150.000 orang yatim).
Beliau menambahkan, yang
memberi uang itu banyak, tetapi orang yang dapat memberikan
pendampingan secara khusus—dan inilah yang dibutuhkan oleh kebanyakan
anak yatim—sangat jarang. “Jangan hanya sekadar KUHP, kasih uang habis
perkara,” ujar Ex Komisaris Olympic ini yang juga pernah bergelut di
dunia real state.
Dalam Al-Qur’an, lanjut pria pemilik sejumlah Gerai Buku Al-Amin di wilayah Bogor, kata-kata yatim diulangi oleh Allah SWT sebanyak 22 kali (ada pula yang mengatakan 23 kali). Inti pesannya adalah kewajiban memuliakan anak yatim, yaitu dengan berbuat baik, mengurus, mendidik dan melindungi mereka. Melalui ayat-ayat tersebut Allah SWT juga melarang segala bentuk perlakuan zalim terhadap anak yatim. Bahkan, memakan hartanya termasuk dosa besar.
Dalam rangka memberdayakan anak yatim, khususnya yang dari kalangan dhuafa, adalah mendidik mereka menjadi anak yang mandiri dan prestatif dengan memberikan pelatihan dan pendampingan yang berkesinambungan. Khusus untuk anak yatim dari kalangan “berada” adalah dengan membantu mereka mengembangkan hartanya secara baik dan benar sampai anak itu mampu mengelola hartanya sendiri. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang menjadi wali atas harta anak yatim, hendaklah hartanya diperkembangkan (diperdagangkan)-nya, jangan sampai harta itu menyusut karena dimakan shadaqah/zakat.” (H.R. Al Baihaqi)
Terkait dengan pemberdayaan anak yatim, beliau juga menguraikan beberapa pandangan keiru terhadap anak yatim, antara lain: 1) Berharap dapat keturunan, 2) Numpang hidup, 3) Exposure, 4) Pamer kemiskinan, 5) Mematikan percaya diri, 6) Over attented, 7) Over protected, 8) Berharap terlalu banyak, dan 9) Membuat jadi penurut.
Dalam mengasuh anak yatim
diperlukan ketulusan hati. “Termasuk pandangan yang keliru jika
memelihara anak yatim karena berharap mendapatkan keturunan seperti yang
dilakukan oleh orang-orang yang telah lama menikah tetapi belum
dikaruniai anak,” ujarnya.
Setelah Ust. Sjaiful berbicara selamat tidak kurang dari dua jam, dibukalah tanya jawab lalu dilanjutkan dengan “Kalimat Thayyibah” yang sampaikan oleh Ust. Bobby Herwibowo, pendiri dan pembina Majlis Al-Kauny. Kalimat Thayyibah adalah semacam kalimat penutup yang menandai berakhirnya segala kegiatan MaBIT pada malam tersebut, dan akan dilanjutkan esok harinya.
Setelah Ust. Sjaiful berbicara selamat tidak kurang dari dua jam, dibukalah tanya jawab lalu dilanjutkan dengan “Kalimat Thayyibah” yang sampaikan oleh Ust. Bobby Herwibowo, pendiri dan pembina Majlis Al-Kauny. Kalimat Thayyibah adalah semacam kalimat penutup yang menandai berakhirnya segala kegiatan MaBIT pada malam tersebut, dan akan dilanjutkan esok harinya.
Qiyamullail dan Muhasabah
Qiyamullail (shalat tahajjud) dan Muhasabah (evaluasi) termasuk kegiatan utama MaBIT, dengan tujuan melatih para peserta MaBIT bangun di akhir malam untuk menyambut turunnya Allah SWT ke langit dunia dengan shalat tahajjud dan istighfar serta do’a kepada-Nya.
Seperti MaBIT-MaBIT sebelumnya, shalat tahajjud dipimpin oleh Ust. Zaki Ardi, dan muhasabah oleh Ust. Bobby Herwibowo. Setelah shalat subuh, acara terus berlanjut dengan membaca dzikir-dzikir dan do’a-do’a pagi dan sore, yang sering diamalkan para salafussaleh, yang terangkum dalam buku Dzikir Pagi dan Sore