Cari Blog Ini

Selasa, 10 Juli 2012

KEUNGGULAN PONDOK PESANTREN MODREN DARUSSALAM

KEUNGGULAN PONDOK PESANTREN MODREN DARUSSALAM





“Salah satu keunggulan pendidikan di Pondok Pesantren dibandingkan Lembaga Pendidikan Formal adalah ketaatan siswa kepada pendidik (Kyai)” demikian dikatakan Drs. H. Tri Hidayat selaku Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Blora dalam acara Pembukaan Fastival Madrasah Diniyah tingkat Kecamatan se Kabupaten Blora. Kegiatan tersebut juga dimeriahkan parade Drum Band dan Marching Band dari MI dan MTs As Salafiyah Gedongsari.
Pelaksanaan Kegiatan Fastival yang dilaksanakan hari Ahad tanggal 8 Januari 2011 di Pondok Pesantren Salafiyah Gedongsari Kec. Banjarejo tersebut menurut K.H. Muslih A.Ma selaku Ketua Panitia, Fastival Madin merupakan awal lomba di tiap Kecamatan untuk selanjutnya dilaksanakan oleh Forum Kerjasama Madrasah Diniyah (FKMD) di wilayahnya masing-masing. “Kegiatan ini diikuti lebih dari 100 peserta, memperebutkan kejuaraan dari 7 (tujuh) cabang Lomba meliputi Qiroatul Kutub, Hafalan Juz ‘Amma, Hafalan Nadhom Aqidatul Awam, Tilawatil Qur’an, Pidato Bahasa Arab dan Indonesia serta Kaligrafi”. lanjut Ketua FKMD Kec. Banjarejo tersebut.
Dalam kesempatan yang sama Kepala Kantor Kementerian Agama yang alumnus Fakultas Ushuludin IAIN Walisongo Tahun 1985 ini juga memaparkan bahwa Kyai sebagai tokoh sentral dalam Pondok Pesantren memberikan totalitas waktu, tenaga dan perhatiannya untuk mendidik santri, tidak hanya menyampaikan materi pelajaran yang bersumber dari Al Qur’an Hadis maupun Kitab-Kitab Klasik (Kuning) saja, akan tetapi juga sebagai teladan dalam kegiatan kesehariannya”
Pada dekade ini banyak tokoh pendidikan yang mengadopsi pola pendidikan Pondok Pesantren. Bahkan pola pendidikan di Pondok Pesantren telah menjadi inspirasi di Luar Negeri (Jepang) dengan model Boarding School maupun Lesson Study.
Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren yang banyak ditiru oleh lembaga pendidikan modern sekarang antara lain dari segi:
- Interaksi langsung antara Kyai dan santri.
- Hidup bersahaja/sedehana walaupun gedungnya megah.
- Belajar dan beribadah berlangsung 24 jam.
- Hubungan antara santri dan Kyai merupakan hubungan multi dimensional.
- Kebiasaan hidup mandiri.” demikian kata tokoh yang lahir di lingkungan pesantren dari Kudus tersebut.
Keunggulan pendidikan di Pondok Pesantren karena Pola Pendidikan yang khas, yang tidak dimiliki oleh Lembaga Pendidikan Formal, antara lain:
Anak yang masuk lingkungan Pondok Pesantren, umumnya disampaikan kontrak belajar antara orang tua, kyai dan santri secara langsung, (walaupun tidak tertulis) yang intinya tentang penyerahan anak sepenuhnya kepada Kyai untuk dididik dengan peraturan serta tata cara hidup dan belajar di Pondok Pesantren. Di samping itu lingkungan pergaulan di Pondok Pesantren terkontrol dengan ketat. Setiap pelanggaran yang dilakukan santri akan di ta’zir (dihukum) tanpa pandang bulu. Dan yang paling utama adalah kesederhanaan dan keikhlasan Kyai dalam mendidik santri memberikan suri tauladan yang membekas dalam pada perilaku santri, bahkan perilaku itu tetap tertanam walaupun santri telah keluar dari Pondok PeantrenPara Santri di Pondok Pesantren Miliki Kelebihan Akhlak dan Imtak [Agama dan Pendidikan]

Tangerang, Pelita
Penasihat Pondok Pesantren Darul Hasan Cipondoh Tangerang, Mayjen (Purn) CPM Syamsu Djalal SH mengatakan para santri yang belajar di Pondok Pesantren memiliki kelebihan akhlak dan budi pekerti, serta dilengkapi penanaman iman dan takwa (imtak).
Akhlak, budi pekerti serta iman dan takwa inilah yang saya maksud kelebihan yang selalu ditanamkan di Pondok Pesanten, selain pelajaran agama lainnya, ucap mantan Komandan Puspom TNI ini di Pondok Pesantren Darul Hasan Sipon, Tangerang, kemarin, sehubungan dengan pelepasan dua santri Pondok Pesantren Darul Hasan mengikuti jambore sedunia di London, Inggris.
Syamsu Djalal didampingi Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hasan KH Tadjuddin Hasan dan Pimpinan Pondok Pesantren Darul Hasan Drs H Sufyan Hariri MPd. Menurutnya, pondok pesantren yang selama ini dinilai terbelakang dan para santrinya dari kalangan miskin, kini sudah berbalik. Mereka bisa bersaing dengan siswa dari sekolah-sekolah umum, bukan hanya tingkat kabupaten atau provinsi, tetapi juga nasional, bahkan inernasional.
Contohnya, dua santri Pondok Pesantren Darul Hasan mengikuti jambore internasional di Inggris. Itu luar biasa. Mereka bukan hanya mewakili pondok pesantren ini, tapi juga mewakili kota Tangerang dan Provinsi Banten, ucap putra pasangan Djalaluddin dan Samsinar ini.
Pondok pesantren, lanjutnya, selain mempelajari ilmu-ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu umum, seperti matematika, fisika, kimia, dan lain-lain. Ini tentunya memiliki kelebihan tersendiri, bahkan mempunyai nilai lebih.
Di pesantren diajarkan bagaimana berbudi pekerti yang baik dan selalu ditanamkan iman dan takwa. Coba, tidak ada tawuran yang dilakukan santri. Tapi di luar, tawuran merajalela yang banyak melibatkan sekolah-sekolah umum, ucap mantan Jaksa Agung Muda (intelijen) ini.
Iman dan takwa merupakan dasar bagi anak-anak untuk melangkah ke depan, dilandasi semangat juang dan rasa kebangsaan nasionalismenya bisa tumbuh. Sekali lagi, semua ini dilandasi semangat iman dan takwa, katanya.
Dia menjelaskan dalam era globalisasi ini muncul opini dari berbagai segi dan lini. Sebagian orang hanya memikirkan dirinya dan golongannya saja, tidak lagi memikirkan bangsa. Tidak lagi memperdulikan masalah persatuan kebangsaan dalam negara Indonesia ini, perhatiannya terhadap nasionalisme dan perjuangan bangsa sudah memudar, sehingga selalu berupaya memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini yang harus kita hindari. Mari kita tanamkan anak-anak, para santri kita kepada kehidupan mendatang. Keimanan dan ketakwaan akan menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Persatuan dan kesatuan modal utama untuk tetap cinta dan kokoh membela Negara Kesatuan Republik Indonesia, kata putra kelahiran Padang, Sumatera Barat, 64 tahun lalu ini.
Menyinggung masalah narkoba yang kini sudah menggerogoti pemuda Indonesia, Syamsu Djalal mengingatkan kepada para orangtua dan guru agar berhati-hati dan selalu mengawasi anak-anaknya. Narkoba itu barang haram. Mengapa haram? karena dapat merusak jasmani dan rohani bagi yang menggunakannya.
Dia mencontohkan babi itu haram. Haram karena babi itu binatang kotor, dagingnya banyak mengandung cacing pita. Agama juga mengajarkan untuk cinta pada kebersihan, karena kebersihan itu sebagian dari iman.
Oleh karena itu, tinggalkan yang kotor-kotor. Perbuatan yang mengarah kekotoran itu dilarang, termasuk binatang-binatang yang kotor seperti babi. Tempat yang kotor sangat disenangi setan. WC salah satu tempatnya setan. Nah bagaimana mengusir setan dari WC, kita harus selalu membersihkannya dengan dibantu bacaan yang diajarkan dalam agama. Insya Allah aman, katanya. (dik)

Leburkan hati dengan menyantuni anak yatim

Oleh-oleh dari MaBIT Majlis Al-Kauny IX (Bagian 1)

Diriwayatkan dari Abu Darda’ ra bahwa seorang laki-laki telah datang kepada Rasulullah saw mengadukan hatinya yang keras, maka beliau saw bersabda, “Apakah kamu suka jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu terpenuhi? Sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berilah ia makan dari makananmu niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhamu terpenuhi.”
HR. Ath-Thabrani (Lihat Al-Matjar Ar-Rabih oleh Al-Hafizh Ad-Dimyathi No.1509)
Pada tanggal 27-28 Maret lalu, Majlis A-Kauny kembali menggelar Malam Bina Iman dan Takwa atau MaBIT untuk yang kesembilan kalinya. Tema MaBIT kali ini ‘Leburkan Hati Dengan Menyantuni Anak Yatim’, dengan menghadirkan orang-orang istimewa, yang sehari-hari bersentuhan dengan anak yatim, masing-masing Ust. Sjaiful Hamdi Naumin, Ust. Houtman Zainal Arifin, dan Bayu Gawtama.

Tema ini sengaja diangkat guna meningkatkan kepedulian kita kepada para anak yatim yang tak mampu, yang telah kehilangan orangtuanya sejak kecil.

Namun yang tak kalah pentingnya adalah memberikan perhatian kepada mereka yang menjadi yatim sebelum masanya. Yaitu anak-anak yang kurang mendapatkan belaian, perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya karena berbagai sebab.

Kemuliaan Terletak Pada Kedermawanan

Seperti pada MaBIT-MaBIT sebelumnya, setelah shalat magrib diadakan acara tilawah lalu dilanjutkan dengan kajian tafsir dan hadist-hadist yang terkait dengan tema MaBIT. Dalam kajiannya Yusuf mengangkat beberapa ayat dari Surat Al-Fajr, yaitu ayat 15-20.

Allah SWT berfirman, “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata, "Tuhanku telah memuliakanku". Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata, "Tuhanku menghinakanku". Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang batil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.”

Kaya dan miskin adalah ujian dari Allah SWT. Siapa yang diberi kekayaan lalu dia memanfaatkannya dengan baik guna mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka itulah orang yang mulia. Dan siapa yang bakhil, enggan berbagi terhadap sesama, maka dialah orang yang hina. Berdasarkan ayat tersebut di atas, kemuliaan dan kehinaan terletak pada sikap kedermawanan dan ketulusan dalam berbagi kepada sesama, khususnya kepada kaum dhuafa.

Berdasarkan ayat di atas pula, terdapat empat faktor yang menyebabkan manusia menjadi hina, yaitu: 1. Tidak memuliakan anak yatim, tidak peduli terhadap orang miskin, 3. mencampur-baurkan harta yang halal dengan yang batil, dan 4. Berlebihan dalam mencintai harta.

Manajemen Pemberdayaan Anak Yatim


Setelah shalat isya dan makan malam, acara MaBIT dilanjutkan dengan menyimak pemaparan Ust. Sjaiful Hamdi Naumin tentang strategi memberdayakan dan memandirkan anak yatim.

Beliau memulai tausiyahnya dengan saran merenungi kembali sejarah perjalanan Rasulullah saw sejak berada dalam kandungan hingga beliau wafat. “Sekarang tanggal berapa Hijriyah?” tanyannya setelah mengungkapkan puji-pujian kepada Allah SWT dan shalawat kepada Rasulullah saw.

Beliau mengungkapkan bahwa Nabi Muhammad saw adalah sosok anak yatim yang mampu hidup mandiri di bawah pengasuhan kakek kemudian pamannya. “Ayahnya wafat tiga bulan sebelum beliau lahir,” ujarnya.

Setelah lahir, sebagaimana kebiasaan orang Arab, beliau disusui oleh perempuan Arab badui dari Bani Sa’ad, namanya Halimah As-Sa’diyah. Setelah disusui selama dua tahun, Halimah memohon kepada Aminah, ibunda Muhammad Saw, agar Muhammad tetap berada dalam pengasuhannya hingga umur empat tahun. Halimah melakukan itu setelah melihat adanya keistimewaan tersendiri yang dirasakannya saat mengasuh Muhammad yang yatim sebelum lahir. Aminah setuju.

Empat tahun telah berlalu. Muhammad dikembalikan ke ibunya, Aminah di kota Makkah. Ketika berumur enam tahun, Muhammad dibawa oleh ibunya ke Madinah untuk menziarahi kuburan ayahnya, Abdullah bin Abdul Muththalib. Namun, dalam perjalanan kembali dari Madinah, ibunda tercinta dipanggil menghadap Allah SWT. Aminah meninggal dunia di wilayah Abwa, sebuah desa antara Madinah dan Juhfah, sekitar 37 kilo meter dari Kota Madinah. Muhammad pun menjadi yatim piatu: hidup tanpa ayah dan ibu, sebelum memasuki usia baligh.

Di sinilah pentingnya kita mempelajari sejarah perjalanan Rasulullah saw, seorang anak yatim piatu yang mampu menaklukkan dunia dan menoreh sejarah terbaik sepanjang sejarah kehidupan manusia.

Beliau kemudian menjelaskan bahwa dilihat dari segi kebutuhan, setiap anak memiliki tiga kebutuhan utama. Pertama, kebutuhan fisik, yang terdiri dari makanan, pakaian dan tempat berteduh. Kedua, kebutuhan fasilitas, yang terdiri dari sarana belajar dan sarana kesehatan.

Ketiga, kebutuhan emosional dan psikologis, yang terdiri dari: a) Perhatian dan kasih sayang (bukan usapan), b) Pengakuan dan pujian (bukan basa basi), c) Kesempatan berekspresi (bukan coba-coba), d) Kesempatan berkompetisi (bukan main2), e) Tantangan dan mengatasi kesulitan, f) Unjuk eksistensi, dan g) Kesempatan berbagi (didengar & mendengar).

“Bagi anak yatim, hanya bisa didapat dari orang-orang khusus dan cara-cara khusus,” ujar Master Trainner yang bercita-cita mentraining satu juta anak yatim (hingga saat ini beliau telah mentraining sedikitnya 150.000 orang yatim).

Beliau menambahkan, yang memberi uang itu banyak, tetapi orang yang dapat memberikan pendampingan secara khusus—dan inilah yang dibutuhkan oleh kebanyakan anak yatim—sangat jarang. “Jangan hanya sekadar KUHP, kasih uang habis perkara,” ujar Ex Komisaris Olympic ini yang juga pernah bergelut di dunia real state.

Dalam Al-Qur’an, lanjut pria pemilik sejumlah Gerai Buku Al-Amin di wilayah Bogor, kata-kata yatim diulangi oleh Allah SWT sebanyak 22 kali (ada pula yang mengatakan 23 kali). Inti pesannya adalah kewajiban memuliakan anak yatim, yaitu dengan berbuat baik, mengurus, mendidik dan melindungi mereka. Melalui ayat-ayat tersebut Allah SWT juga melarang segala bentuk perlakuan zalim terhadap anak yatim. Bahkan, memakan hartanya termasuk dosa besar.

Dalam rangka memberdayakan anak yatim, khususnya yang dari kalangan dhuafa, adalah mendidik mereka menjadi anak yang mandiri dan prestatif dengan memberikan pelatihan dan pendampingan yang berkesinambungan. Khusus untuk anak yatim dari kalangan “berada” adalah dengan membantu mereka mengembangkan hartanya secara baik dan benar sampai anak itu mampu mengelola hartanya sendiri. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang menjadi wali atas harta anak yatim, hendaklah hartanya diperkembangkan (diperdagangkan)-nya, jangan sampai harta itu menyusut karena dimakan shadaqah/zakat.” (H.R. Al Baihaqi)

Terkait dengan pemberdayaan anak yatim, beliau juga menguraikan beberapa pandangan keiru terhadap anak yatim, antara lain: 1) Berharap dapat keturunan, 2) Numpang hidup, 3) Exposure, 4) Pamer kemiskinan, 5) Mematikan percaya diri, 6) Over attented, 7) Over protected, 8) Berharap terlalu banyak, dan 9) Membuat jadi penurut.

Dalam mengasuh anak yatim diperlukan ketulusan hati. “Termasuk pandangan yang keliru jika memelihara anak yatim karena berharap mendapatkan keturunan seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang telah lama menikah tetapi belum dikaruniai anak,” ujarnya.

Setelah Ust. Sjaiful berbicara selamat tidak kurang dari dua jam, dibukalah tanya jawab lalu dilanjutkan dengan “Kalimat Thayyibah” yang sampaikan oleh Ust. Bobby Herwibowo, pendiri dan pembina Majlis Al-Kauny. Kalimat Thayyibah adalah semacam kalimat penutup yang menandai berakhirnya segala kegiatan MaBIT pada malam tersebut, dan akan dilanjutkan esok harinya.

Qiyamullail dan Muhasabah

Qiyamullail (shalat tahajjud) dan Muhasabah (evaluasi) termasuk kegiatan utama MaBIT, dengan tujuan melatih para peserta MaBIT bangun di akhir malam untuk menyambut turunnya Allah SWT ke langit dunia dengan shalat tahajjud dan istighfar serta do’a kepada-Nya.

Seperti MaBIT-MaBIT sebelumnya, shalat tahajjud dipimpin oleh Ust. Zaki Ardi, dan muhasabah oleh Ust. Bobby Herwibowo. Setelah shalat subuh, acara terus berlanjut dengan membaca dzikir-dzikir dan do’a-do’a pagi dan sore, yang sering diamalkan para salafussaleh, yang terangkum dalam buku Dzikir Pagi dan Sore

Mutiara Hikmah Isra Mi’raj Rasulullah SAW

  Mutiara Hikmah Isra Mi’raj Rasulullah SAW


إنّ الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا, من يهده الله فلا مضلّ له ومن يضلل فلا هادي له.
أشهد أن لاإله إلاّ الله وحده لاشريك له وأشهد أنّ محمّدا عبده ورسوله، لانبي خلفه ولا رسول بعده
اللهمّ صلّ وسلّم على سيّدنا ومولانا محمّد وعلى أله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة.
اعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرّجيم , بسم الله الرحمن الرحيم:
 يأيّها الذين أمنوا اتّقوا الله حقّ تقاته ولاتموتنّ إلاّ وأنتم مسلمون.
 يأيّها النّاس اتّقوا ربّكم الذى خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبثّ منهما رجالا كثيرا ونساء واتقوا الله الذى تساءلون به والأرحام إنّ الله كان عليكم رقيبا.
يأيّها الذين أمنوا اتّقوا الله وقولوا قولاسديدا,يصلح لكم أعمالكم و يغفرلكم ذنوبكم, ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما.
فإنّ أصدق الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمّد صلّى الله عليه وسلّم, وشرّ الأمورمحدثاتُها وكلَّ محدثة بدعة وكلّ بدعة ضلالة و كلّ ضلالة في النّار. أمّا بعد.
Hadirin sidang jum’at Rahimakumullah!
Alhamdulillahirabbil’aalamin, hari ini kita telah kembali memasuki bulan Rajab, tepatnya tanggal 11 Rajab 1433 H, Bulan Rajab termasuk salah-satu bulan haram, sebagaimana firman Allah:
إنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللّهِ،  يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَات وَالأَرْضَ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلاَ تَظْلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ، وَقَاتِلُواْ الْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَآفَّةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ مَعَ الْمُتَّقِينََ
”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu menciptakan langit dan bumi, di antaranya (terdapat) empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus. Maka janganlah kamu menganiaya diri dalam bulan-bulan tersebut, dan perangilah kaum musyrikin sebagaimana mereka pun memerangi kamu, dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. At-Taubah, 9:36).

Tafsir Ath-Thabari menyebutkan bahwa keempat bulan haram yang dimaksud adalah Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab. Karenanya, pada zaman dulu konon mereka tidak mengenal peperangan yang terjadi pada bulan-bulan tersebut.
bulan-bulan tersebut disebut bulah haram karena memang diharamkannya berperang dan juga perbuatan maksiat di dalam bulan tersebut dosanya akan dilipat-gandakan. Jia masyarakat Jahiliyah pun mengikuti peraturan ini, sudah semestinya kita sebagai umat islam lebih memuliakan lagi bulan Rajab ini.
Rasululah SAW berdabda :
ألاَ إنَّ الزَمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللهُ السَّمَوَاتِ وَالْأرْضَ ،السَّنَةَ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً مِنْهَا أرْبَعَةُ حَرَمٌ، ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو القَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرُّ بَيْنَ جُمَادِى(الثانية) وَشَعْبَانَ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
”Sesungguhnya zaman berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun terdapat dua belas bulan yang di antaranya terdapat empat bulan yang dihormati, tiga bulan diantaranya berturut-turut Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumadil Tsaniah dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadirin sidang jum’at arsyadakumullah!
Pada bulan Rajab inilah sejarah mencatat terjadinya Isra’ Mi’raj. Allah SWT mengisahkan peristiwa agung ini di Surat Al Isra yang dikenal juga dengan Surat Bani Israil ayat pertama:  سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِير
Artinya; Maha Suci Allah Yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
Lalu, hikmah dan ibrah apakah yang dapat kita ambil dari peristiwa agung Isra Mi’raj tersebut?
Pertama: Allah adalah Sebaik-baik Penolong
Dalam kitab ar Rahiqul Makhtum karya syekh Shofiyyurohman disebutkan 3 perbedaan pendapat kapan terjadinya Isra’ wal Mi’raj?: Thobari berpendapat pada tahun awal kenabian, an Nawawi dan al Qurthubi berpendapat pada tahun 5 dari kenabian, dan al’allamah al Manshurfuri berpendapat pada malam 27 Rajab tahun ke 10 dari kenabian.  Yang pasti bahwa Isra Mi’raj  terjadi  sebelum Hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah.
Ketika itu, Rasulullah SAW dalam situasi yang sangat “sumpek” dan penuh kepenatan, seolah tiada celah harapan lagi bagi masa depan bagi agama mulia ini. Pada saat itu, isteri tercinta Khadijah al Kubra r.a. dan pamannya, Abu Thalib yang notabene keduanya adalah pembela dan pelindungnya, meninggal dunia pada waktu yang tidak lama berselang. Sementara gangguan dan tekanan fisik maunpun psikis dari kafir Qurays terhadap perjuangan agama paripurna semakin berat. Inilah yang dikenal dengan tahun duka-cita, ‘aamul huzni.
Dalam sitausi yang serba sulit serta musibah beruntun yang diistilahkan dengan kondisi katarsis inilah,  ”rahmah” Allah meliputi segalanya, mengalahkan ketidakberdayaan dan menundukkan segala ketidak-nyamanan. “warahamatii wasi’at kulla syaei”, demikian Allah deklarasikan dalam KitabNya.
Dengan iradat dan qudrat Allah SWT, Rasulullah SAW diperjalankan pada malam hari itu dari Masjidil Haram di Makkah al Mukarromah menuju baitul maqdis Al Aqsho di Palestina untuk menelusuri napak tilas “perjuangan” para Rasul sebelumnya. Bahkan kemudian beliau dibawa serta melihat langsung kebesaran singgasana Ilahiyah di “Sidartul Muntaha”, kemudian ke baitul ma’mur. Sungguh sebuah “perjalanan penyejuk hati” yang menyemaikan ruhul jihad!.
Arti tersiratnya adalah bahwa Allah pasti akan menolong kita sebagai penerus estafet da’wah Rasulullah SAW. Betapa terkadang, di tengah perjalanan kita temukan tantangan dan penentangan yang menyesakkan dada, bahkan mengaburkan pandangan objektif dalam melangkahkan kaki ke arah tujuan. Jikalau hal ini terjadi, maka tetaplah yakin, Allah akan meraih tangan kita, mengajak kita kepada sebuah “perjalanan” yang menyejukkan. “Allahu Waliyyulladziina aamanu yukhrijuhum minadz dzulumaati ilannuur” (Sungguh Allah itu adalah Wali-nya mereka yang betul-betul beriman, Allah akan mengeluarkan mereka dari aneka macam kegelapan kedzaliman menuju satu cahaya Islam”.
Allah juga sudah memberikan garansi dengan pertolongan dan penunjukan jalanNya:
Intanshurullaha yanshurkum, walladziina jaahaduu fiina lanahdiyannahaumsubulana!
Ikhwani fillah a’azzakumullah!
Kedua: Pensucian Hati adalah Bekal Perjalanan
Disebutkan bahwa sebelum dibawa oleh Jibril AS, Rasulullah dibaringkan lalu dibelah dadanya, kemudian hatinya dibersihkan dengan air zamzam. Apakah hati Rasulullah kotor? Pernahkan Rasulullah SAW berbuat dosa? Apakah Rasulullah punya penyakit “dendam”, dengki, iri hati, atau berbagai penyakit hati lainnya?, tentu jawabannya: Tidak. Karena Beliau adalah hamba yang “ma’shuum” (terjaga dari berbuat dosa). Lalu apa arti penting dari pensucian hatinya?
Rasulullah adalah sosok “uswah”, pribadi yang hadir di tengah-tengah umat sebagai, tidak saja sebagai “muballigh” (penyampai), melainkan sosok pribadi unggulan yang harus menjadi “percontohan” bagi semua yang mengaku pengikutnya. “Laqad kaana lakum fi Rasulillahi uswah hasanah”.
Memang betul, sebelum seseorang melakukan perjalanannya, haruslah dibersihkan hatinya. Sungguh, kita semua sedang dalam perjalanan. Perjalanan “suci” yang seharusnya dibangun dalam suasana “kefitrahan”. Berjalan dariNya dan juga menuju kepadaNya. Dalam perjalanan ini, diperlukan lentera, cahaya, atau petunjuk agar selamat menempuhnya. Dan hati yang intinya sebagai “nurani”, itulah lentera perjalanan hidup.
ألا إن في الجسد مضغة، إذا صلحت صلحت سائر عمله، وإذا فسدت فسدت سائر عمله.
Ketiga: Memilih Susu – Menolak Khamar
Ketika ditawari dua pilihan minuman, dengan sigap Rasulullah mengambil gelas yang berisikan susu. Minuman halal dan penuh manfaat bagi kesehatan. Minuman yang berkalsium tinggi, menguatkan tulang belulang. Rasulullah menolak khamar, minuman yang menginjak-nginjak akal, menurunkan tingkat inteletualitas ke dasar yang paling rendah. Sungguh memang pilihan yang tepat, karena pilihan ini adalah pilihan fitri nan suci.
Dengan bekal jiwa yang telah dibersihkan tadi, Rasulullah kemudia melanjutkan perjalanannya. Di tengah perjalanan, memang ada dua alternatif di hadapan kita. Kebaikan dan keburukan. Kebaikan akan selalu identik dengan manfaat, sementara keburukan akan selalu identik dengan kerugian. Seseorang yang hatinya suci, bersih dari kuman dosa dan noda kezaliman, akan sensitif untuk selalu menerima yang benar dan menolak yang salah. Bahkan hati yang bersih tadi akan merasakan “ketidak senangan” terhadap setiap kemungkaran. Lebih jauh lagi, pemiliknya akan memerangi setiap kemungkaran dengan segala daya yang dimilikinya.
Dalam hidup ini seringkali kita diperhadapkan kepada pilihan-pilihan yang samar. Fitrah menjadi acuan, lentera, pedoman dalam mengayuh bahtera kehidupan menuju tujuan akhir kita (akhirat). Dan oleh karenanya, jika kita dalam melakukan pilihan-pilihan dalam hidup ini, ternyata kita seringkali terperangkap kepada pilihan-pilihan yang salah, buruk lagi merugikan, maka yakinlah itu disebabkan oleh tumpulnya firtah insaniyah kita. Agaknya dalam situasi seperti ini, diperlukan asahan untuk mempertajam kembali fitrah Ilahiyah yang bersemayam dalam diri setiap insan.
Keempat: Urgensi Sholat Dalam Kehidupan Seorang Mu’min
Shalat adalah bentuk peribadatan tertinggi seorang Muslim multazim, sekaligus merupakan simpol ketaatan totalitas kepada Yang Maha Sempurna. Pada shalatlah terkumpul berbagai hikmah dan makna ibadah. Shalat menjadi simbol ketaatan total dan kebaikan universal  seorang Muslim.
Maka ketika Rasulullah memimpin shalat berjama’ah yang para ma’mumnya adalah para anbiyaa (nabi-nabi), maka sungguh hal itu adalah suatu pengakuan kepemimpinan dari seluruh kaum yang ada. Memang jauh sebelumnya, Musalah yang menjadi pemimpin sebuah umat besar pada masanya. Bahkan Ibrahim, Eyangnya para nabi dan Rasul, menerima menjadi Ma’mum Rasulullah SAW. Beliau menerima dengan rela hati, karena sadar bahwa Rasulullah memang memiliki kelebihan-kelebihan “leadership”, walau secara senioritas beliaulah yang seharusnya menjadi Imam.
Perjalanan singkat yang penuh hikmah tersebut segera berakhir, dan dengan segera pula beliau kembali menuju alam dunia. Rasulullah sungguh sadar betul bahwa betapapun ni’matnya berhadapan langsung dengan Yang Maha Kuasa di suatu tempat yang agung nan suci, betapa ni’mat menyaksikan dan mengelilingi syurga, tapi kenyataannya beliau masih memiliki tanggung jawab duniawi. Untuk itu, semua kesenangan dan keni’matan yang dirasakan malam itu, harus ditinggalkan untuk kembali ke dunia beliau melanjutkan amanah perjuangan yang masih harus diembannya.
Inilah sikap seorang Muslim multazim. Kita dituntut untuk menjadi kholifah di bumi ini dengan bekal shalat yang kokoh. Jika sholat dikerjakan dengan kekhusyu’an dan keikhlasan maksimal, maka akan menjadikan pelakunya sholeh secara individual dan juga sosial. Karena  inti dari ibadah adalah ma’rifatullah, inti dari ma’rifatullah adalah ahlaq karimah, inti dari ahlaq karimah adalah ukhuwwah imaniyah dan inti dari ukhuwwah imaniyyah adalah idkholus surur fi sudhurilghair (mengembirakan hati orang lain)!.
Hadirin yang mulia!
Kelima: Keyakinan teguh kepada Kebenaran Risalah Muhammad SAW
Pagi hari pasca Isra Mi’raj tersebut Rasulullah merasa sangat risau bagaimana menjelaskan peristiwa yang di luar biasa tersebut kepada umatnya. Di mana dalam mi’raj tersebut beliau diperlihat 4 macam sungai: dua yang dhohir yaitu sungai Nil dan Efrat, dua sungai yang bathin di syurga. Beliau juga melihat malaikat penjaga neraka yang wajahnya sangat sangar tanpa senyum sama sekali, beliau juga melihat syurga dengan segala kenikmatan yang luar biasa dan neraka dengan siksanya yang tak terperikan. Beliau juga melihat aneka siksaan bagi pemakan harta anak yatim, pemakan riba, pelaku zina dan beliau juga melihat sekelompok onta penduduk Makkah yang hilir mudik.
Pada saat gundah-gulana itulah, tampil Abu Bakar yang serta-merta percaya seratus persen dengan apa yang telah terjadi pada Isra Mi’raj. Oleh sebab itulah Abu Bakar mendapat gelar Ash Shiddiq, orang yang jujur dan benar. Sementara di sisi lain, para penentang Rasulullah seperti mendapat amunisi baru untuk menyerangnya dengan sebutan Muhammad telah gila, bagaimana mungkin dalam satu malam telah berhasil mengadakan perjalanan Makkah-Palestina, bahkan ke langit ketujuh?.
Inilah keistimewaan iman yang merupakan hak preogatif Allah SWT. Ketika keimanan seseorang sudah mencapai derajat tertinggi yaitu Ma’rifatullah, sebagai hasil dari pendalaman serta pengejawantahan syari’at, haqiqat dan thariqat, maka ia akan sanggup melampui batas logika dan akal fikiran manusia. Lihatlah, betapa Ibrahim yang harus menyembelih putra kandungnya, ismail. Atau Nuh as yang harus membuat perahu, sementara ia hidup di daratan yang jauh dari lautan. Atau juga masyithoh yang harus bersama bayinya dimasukkan ke dalam air mendidih. Sekali lagi, ketika iman sudah menancap kuat di dalam dada seorang hamba, maka tiada yang diharapkannya kecuali Cinta dan Ridha Allah semata. Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmushshoolihat.
بارك الله لي ولكم في القرأن الكريم ونفعني وايّاكم بما فيه من الايات و الذكر الحكيم, تقبّل الله منّي و منكم تلاوته
انّه هو السميع العليم.
 (disampaikan oleh Abu Ezzat El Wazira di Masjid Jami’ Darunnajah Cipining, Jum’at, 11 Rajab 1433 H)

Pendidikan Pondok Pesantren Darussalam

Pendidikan Pondok Pesantren Darussalam

Pesantren Darussalam adl jenis pesantren yg mempertahankan kemurnian identitas asli sebagai tempat menalami ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi-I-din) bagi para santrinya. Semua materi yg diajarkan dipesantren ini sepenuh bersifat keagamaan yg bersumber dari kitab-kitab berbahasa arab (kitab kuning) yg ditulis oleh para ulama’ abad pertengahan.
Dalam perspektif pendidikan Islam Indonesia ada yg menyebutkan bahwa pendidikan pondok pesantren tradisional berposisi sebagai sub ordinat yg bergerak pada wilayah dan domaian pendidikan hati yg lbh menekankan pada aspek “afektif pendidikan “ atau “atticude pendidikan” . Namun sebagian yg lain menyebutkan pendidikan pesantren merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan nasional yg memberikan pencerahan bagi peserta didik secara integral baik kognitif (knowlagde) afektif (attucude) maupun psikomotorik (skill)
Dengan demikian pesantren dgn sistem dan karakter yg khas telah menjadi bagian integral dari sistem pendidikan nasional meski mengalami pasang surut dalam mempertahankan visi misi dan eksistensi namun tak dapat disangkal hingga saat ini pesantren tetap survive bahkan beberapa diantara bahkan muncul sebagai model gerakan alternatif bagi pemecahan masalah masalah sosial masyarakat desa seperti yg dilakukan Pesantren Pabelan di Mangelang yg mendapat penghargaan “Aga Khan’ tahun 1980.
Efektifitas persantren utk menjadi agent of change sebenar terbentuk krn sejak awal keberadaan pesantren juga menempatkan diri sebagai pusat belajar masyarakat (Commonity learing centre) seperti di contohkan Gur Dur pada Pesantren Denanyar Jombang yg selama 50 tahun tak pernah surut memberikan pengajian dan problem solving gratis pada Ibu ibu rumah tangga di desa desa lingkungan pesantren dan sekitarnya.
Hasil dari kegiatan ini memang bukan orang orang yg berijazah tetapi pembentukan pandangan nilai nilai dan sikap hidup bersama dimasyarakat padahal pembangunan oleh pemerintah acapkali tak manjangkau sisi ini. Disini terlihat jelas bahwa Pesantren bukan saja penyelenggara pendidikan tetapi juga penyelenggara dakwah yg mengajak pada perubahan pola hidup dimasyarakat.
Meskipun dalam melakukan pemecahan masalah masalah sosial masyarakat sekitar pesantren tak menggunakan teori pembanguan seperti yg digunakan pemerintah dan lbh pada gerakan yg dilandaskan pada amal saleh sebagai refleksi dari penghayatran dan pemahaman keberagamaan sang kyai tetapi efektifitas dalam merubah pola hidup masyarakat tak dapat disangsikan. Keunggulan keunggulan itu sesunggunh merupakan kekayaan Bangsa ini yg jika kian mendapat dukungan yg lbh signifikan dari semua pihak dalam skenario besar kehidupan berbangsa maka bukan tak mungkin ia akan menjadi mutiara yg sangat berharga bagi perbaikan bangsa Indonesia. Oleh krn itu sekali lagi melakukan pengamatan terhadap dunia pesantren dgn memakai pendekatan formatif dan teori ilmu ilmu sosial Barat tentu tak akan akurat.
Namun demikian tak berarti pesantren sebagai lembaga pendidikan terbebas dari berbagai kelemahan Para pakar pendidikan mencatat beberapa kelemahan mendasar antara lain :
  1. Di Pesantren belum banyak yg mampu merumuskan visi misi dan tujuan pendidikan secara sistimatik yg tertuang dalam program kerja yg jelas. Sehingga tahapan pencapaian tujuan juga cenderung bersifat alamiyah.
  2. System kepeminpinan sentralistik yg tak sepenuh hilang sehingga acapkali mengganggu lancar mekanisme kerja kolektif padahal banyak perubahan yg tak mungkin tertangani oleh satu orang.
  3. Dalam merespon perubahan cenderung sangat lamban konsep “Almuhafadatu ala al qodim as soleh wal ajdu bil jadidil aslah” selalu ditempatkan pada posisi bagaimana benang tak terputus dan tepung tak terserak padahal ibarat orang naik tangga ketika salah satu kaki meninggalkan tangga yg bawah kaki satu melayang layang diudara bisa jadi terpeleset atau jatuh itu resiko bila takut menghadapi resiko dia tak akan pernah beranjak dari tangga terbawah.
  4. Sistem pengajaran kurang efesien demokratis dan variatif sehingga cepat memunculkan kejenuhan pada peserta didik. Dsb.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yg memiliki beberapa fungsi diantara adl fungsi Tafaqquh fi al din (pendalaman pengetahuan tentang agama) fungsi tarbiyah al akhlaq (pembentukan kepribadian / budi pekerti) dan fungsi pengembangan masyarakat atau pusat rehabilitasi sosial. Ha saja dalam konteks pendidikan tepat proses belajar mengajar konsep tafaqquh fi al din kurang mendapat porsi yg semesti yg terjadi di pesantren penekanan bukan pada tafaqquh fi al din tetapi sekeder transfer ilmu pengetahuan.
Meskipun dipesantren santri lbh mengutamakan capaian substansial keilmuan ketimbang capaian capaian formal akan tetapi tetap ada tuntutan yg mendesak agar ada re-presepsi terhadap pemahaman kitab kuning yaitu bukan sekedar memahami sebagaimana ada hitam diatas putih terhadap teks yg terdapat dalam kitab kuning namun juga konteks historisnya. Atau bahkan tak sekedar kitab kuning tapi juga mungkin kitab putih hitam merah dan biru. tuntutan utk memahami komprehensitas konteks dari leteratur klasik merupakan tuntutan yg amat mendasar sebagai syarat kwalifikasi keilmuan dalam rangka menjawab berbagai tantangan global.
Kultur belajar mengajar di pesantren yg banyak dirasakan sebagai kurang memberi kelonggaran utk berta apalagi berdebat terutama dalam rumusan “mengapa“ hal yg demikian menurut Masdar F Mas’udi (1993 : 11) krn berhubungan erat dgn akar historis yg amat tipikal dalam kehidupan masyarakat islam zaman kemandegan Pertengahan abad ke 13 M.
Di sebagian masyarakat Pesantren terdapat persepsi atau frem yg tak sepenuh benar yakni sebuah frem yg menganggap bahwa ilmu bukanlah sesuatu yg lahir dari proses pengamatan (ru’ya) dan penalaran (ra’yu) melainkan suatu nur yg memancar atau yg dipancarkan dari atas dari sebuah sumber yg tak diketahui bagaimana datangnya. Akhir muncul persepsi bahwa ilmu bukan sesuatu yg harus dicari digali dan diupayakan dari bawah melainkan sesuatu yg ditunggu dari “atas”. Giliran selanjut ternyata bukan hanya ilmu yg diyakini memancar dari atas tetapi juga termasuk kemampuan kemanpuan lain manusia atau bahkan segala sesuatu yg terhampar di alam semesta ini . akibat adl apa yg mesti dilakukan seseorang utk memperoleh ilmu adl menyediakan kondisi spiritual yg kondusif bagi hadir anugrah itu melalui latihan latihan kerohanian (riyadhah) secara intensif dan benar.
Nah dalam proses riyadhah pada perspektif sufi difahami bahwa seorang murid tak ubah bagaikan si buta yg tak mungkin menemukan jalan tanpa uluran tangan seorang guru (mursyid) yg dipercaya mengantarkan kepada Tuhan yg maha kuasa. Disinilah kita dapat memahami posisi guru menjadi demikian signifikan dan vital bagi seorang murid yg hendak mengarungi jalan bathin. Syair sufi mengatakan “ hendaklah dihadapan gurumu engakau bagaikan sebujur mayat ditangan yg memandikannya”. Hal yg seperti ini jelas akan melemahkan daya kritis dan kreatifitas pada masyarakat pesantren lbh lebih di jaman serba canggih ini.
Dipesantren lbh banyak menghafal ketimbang kemampuan memahami dan menalar ilmu ilmu itu diakui bahwa kemampuan mengingat dan menghafal bukan sesuatu yg tak penting akan tetapi mesti seimbang dgn kemampuan menalar sebab kalau dimensi menalar dilemahkan maka dgn sendiri santri menjadi tak mempunyai daya kritisitas yg memadai. Akhir proses pendidikan hanya bersifat transfer (memindahkan) tak ada proses pendalaman pemahaman dan kajian. Nah bila ini yg terjadi maka bukan tafaqquh tapi hanya tahafudz.
Leteratur yg dikaji jangan hanya terbatas pada kitab yg sudah menjadi barang jadi seperti fahtul muin fathul wahab tetapi diprioritaskan pada ilmu metodologi seperti : ushul fiqh tarikh tasyri’ dan semacamnya.
Walhasil bahwa pendidikan di pesantren ada kelemahan dan kelebihan tapi jika pesantren mampu mengeleminir kelemahan tersebut dan mengoptimalkan kelebihan maka bukan tak mungkin ia menjadi salah satu alternatif yg cukup menjajikan dimasa masa yg akan datang terutama ditengah pengap system pendidikan nasional yg cenderung lbh menekankan pada education for the brain dan relatif mengabaikan Education for The heart yg giliran hampir bisa dipastikan akan menghasilkan over educated society kian membludak pengangguran elit intelektual meraksasa dalam tehnik tapi merayap dalam etik pongah dgn pengetahuan tapi bingung dalam menikmati kehidupan cerdas otak tapi bodoh nuraninya. Dalam suasana yg seperti ini lembaga pendidikan pesantren akan dilirik utk memainkan peran sebagai :
  1. Lembaga pendidikan yg memadu pendidikan integralistik humanistik pragmatik idealistik dan realistik.
  2. Pusat rehabilitasi sosial (banyak keluarga yg mengalami kegoncangan psikologi spiritual akan mempercayakan penyeklamatan pada pesantren)
  3. Sebagai pencetak manusia yg punya keseimbangan trio cerdas yakni Kecerdasan Intelektual (IQ) Kecerdasan Emosional (EQ) Dan kecerdasan Spiritual (SQ).
Dalam melaksanakan sistem dan proses pengajaran pendidikan pondok pesantren dalam perspektif pendidikan Islam Indonesia mempunyai peran serta memiliki unsur-unsur atau kontribusi pemikiran terhadap berkembang dan tumbuh pendidikan Islam. Dalam hal ini lembaga pendidikan yg mengajarkan agama Islam kepada masyarakat dan anak-anak Indonesia telah lahir dan berkembang semenjak masa awal kedatangan Islam di negeri ini. Pada masa awal kemunculan lembaga pendidikan ini bersifat sangat sederhana berupa pengajian al-Qur’an dan tata cara beribadah yg diselenggarakan di masjid surau atau dirumah-rumah ustadz.
Keberadaan lembaga-lembaga yg tersebut di atas kemudian muncul dan berkembang dgn nama pesantren ini terus tumbuh didasari tanggung jawab utk menyampaikan Islam kepada masyarakat dan generasi penerus. Pondok sebagai asrama tempat tinggal para santri masjid sebagai pusat peribadatan dan pendidikan santri sebagai pencari ilmu pengajaran kitab kuning serta kiai yg mengasuh merupakan lima elemen dasar keberadaannya.
Secara mayoritas pondok pesantren merupakan komunitas belajar keagamaan yg erat hubungan dgn lingkungan sekitar pada umum masyarakat pedesaan. Komunitas tersebut kehidupan keagamaan merupakan bagian integral dalam kenyataan hidup sehari-hari dan tak dianggap sebagai sektor yg terpisah. Oleh krn itu sosok kiai dalam dunia pondok pesantren tak dapat dipisahkan krn keberadaan merupakan unsur yg paling signifikan dan sebagai pimpinan keagamaan atau sesepuh yg diakui di lingkungan serta diperhatikan nasehat-nasehatnya.
Oleh sebab itu pondok pesantren bukan diperuntukkan sebagai tempat pendidikan bagi santri semata melainkan juga bagi masyarakat sekitarnya. Hal ini berbeda dgn lembaga-lembaga pendidikan lain yg pada umum menyatakan tujuan pendidikan dgn jelas.
Sebagaimana telah dijelaskan atau dideskripsikan pada pembahasan sebelum inti atau penekanan pendidikan pondok pesantren sebagai wadah dan tempat tercapai suatu pendidikan Islam Indonesia yakni tercapai tujuan pembangunan nasional bidang pendidikan. Secara realistis banyak kalangan menilai bahwa sistem pendidikan yg berlangsung di tanah air ini masih belum mampu mengantarkan tercapai pendidikan Islam yaitu membangun manusia Indonesia seutuhnya. Terbukti semakin marak tawuran antar pelajar konsumsi pengedaran narkoba yg merajalela kurang rasa hormat peserta didik kepada pendidik dan orang tua muncul egoisme kesukuan yg mengarah kepada separatisme rendah moral para penyelenggara negara serta lain sebagai adl indikasi-indikasi yg mendukung penilaian di atas. Berpijak dari konsep dasar itulah pendidikan pondok pesantren mencoba memberikan respon dalam menanggapi sistem pendidikan yg ada di tanah air ini dan dituntut ada penyikapan yg arif dan bijaksana.

Laboratorium Biologi Pon-Pes Darussalam

Daftar Alat Laboratorium Biologi Pon-Pes Darussalam











Berikut adalah daftar alat laboratorium biologi pon-pes darussalam.

Daftar isi

A

  • Alat bedah
  • Alat suntik, siring, sepit
  • Atmometer
  • Alat ukur tekanan akar
  • Akuarium
  • Alat kapilaritas tanah
  • Alat pemanas bertekanan tinggi
  • Alat penetas telur atau inkubator

B

  • Botol kilner

C

  • Carta
  • Cawan Petri

I

  • Insektarium

J

  • Jarum suntik hipodermik
  • Jarum serangga
  • Jala keruk
  • Jala serangga
  • Jala plangton

K

  • Kaca objek atau Object glass
  • Kaca objek kultur mikro
  • Kotak kaca objek
  • Kaca penutup atau Cover glass
  • Kaca pembesar atau Lup
  • Kuadrat
  • Kotak cacing tanah
  • Kotak botani atau Vasculum
  • Kotak genetik
  • Kalorimeter makanan
  • Kandang tikus

L

  • Lempeng kaca

M

  • Mikroskop
  • Manorespirometer
  • Model jantung
  • Model laring
  • Model kulit
  • Model kerangka
  • Mikrotom tangan
  • Mortar dan alu

P

  • Panci bedah
  • Pisau sayat botani
  • Puter
  • Perlengkapan uji tanah
  • Potometer
  • Pompa udara untuk akuarium
  • Penghitungan injiran
  • Penguji elektrolit
  • Perangkat pembersih mikroskop
  • Pelubang surat
  • Pembakar Bunsen
  • Pipet tetes

R

  • Respirometer ganong
  • Respirometer sederhana

S

  • Spatula
  • Standar dan penjepit respirometer ganong

T

  • Tabung contoh
  • Tabung reaksi
  • Terarium atau Virarium
  • Torso manusia wanita
  • Termometer

Lab Komputer Pon--Pes Darussalam

LABORATORIUM KOMPUTER PON-PES DARUSSALAM


A. Dasar Pemikiran
Kemajuan informasi dan teknologi turut mempengaruhi perkembangan infrastruktur dalam dunia pendidikan. Teknologi dalam bidang pendidikan mengalami modernisasi, komputerisasi, hingga digitasi. Semua itu dimaksudkan untuk memudahkan akses terhadap sumber-sumber pustaka, baik primer maupun sekunder, tanpa meninggalkan prinsip akurasi.
Berkembang pesatnya teknologi memacu pengetahuan agama untuk mengikuti perkembangan dalam menggunakan teknologi sebagai media pendidikan. Optimalisasi Transformasi pendidikan melalui teknologi sangat penting sehingga seseorang dapat mempelajari pengetahuan agama dengan efektif yang dapat memberikan kontribusi efisiensi biaya, tenaga dan waktu.
Banyaknya lembaga-lembaga pendidikan Islam yang mempelajari al-Quran, Hadis dan Turats (kitab kuning) tentunya membutuhkan media yang mendukung pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan optimal.
Menyadari pentingnya sebuah pengembangan sumberdaya manusia terhadap keterampilan dalam menggunakan sarana pendidikan yang berbasis teknologi ini, Fakultas Syariah UIN Maliki Malang mendirikan Laboratorium Komputer yang memiliki peran sebagai unit penunjang akademik Fakultas Syariah dan sebagai sarana kajian, penelitian dan belajar mandiri bagi dosen dan mahasiswa.
Sebagai unit penunjang akademik, Laboratorium Komputer menjalankan perannya sebagai sarana dan prasarana dalam menunjang praktikum beberapa matakuliah yang bisa dilakukan melalui media komputasi, seperti penelitian Hadits, studi al-Qur’an, studi turats (kitab kuning), praktikum falak dan lain sebagainya.
Selain itu, Laboratorium Komputer juga merupakan tempat atau sarana yang melayani dan memfasilitasi para mahasiswa dan dosen untuk menggali literatur-literatur melalui jaringan internet dan Digital Library yang telah dikembangkan di Laboratorium Komputer. Dengan adanya Digital Library ini, Laboratorium Komputer ini diharapkan bisa menjadi sarana kajian, penelitian dan belajar mandiri bagi dosen dan mahasiswa melalui koleksi-koleksi digital yang ada, seperti buku elektronik, jurnal elektronik, software pendidikan, video edukasi, audio, dan lain sebagainya.
B. Visi dan Misi
Visi
Menjadi pusat pembelajaran mandiri bagi dosen dan mahasiswa Fakultas Syariah UIN Maliki Malang.
Misi
  1. Menyediakan media praktikum matakuliah menggunakan fasilitas IT.
  2. Menyediakan media pembelajaran mandiri bagi mahasiswa dan dosen.

C. Program Kerja
Program kerja Laboratorium Komputer Malang meliputi:
  1. Menyediakan sarana belajar mandiri berupa educative software, e-books yang memuat berbagai bidang karya intelektual Islam, seperti, tafsir, hadis, fiqh, ushul fiqh, akidah, tasawuf, sirah nabawiah dan lain sebagainya, serta koleksi digital lainnya yang terhimpun dalam Digital Library.
  2. Mengadakan pelatihan studi al-Qur’an, Hadits dan Kitab Kuning (turats) bagi mahasiswa, dosen dan masyarakat.
  3. Membangun dan mengelola situs resmi fakultas syariah sebagai pusat informasi, media sosialisasi, forum komunikasi civitas akademik fakultas syariah.
  4. Membangun dan mengelola digital library sebagai pusat belajar mandiri bagi civitas akademik fakultas syariah.

D. Sumber Media Laboratorium Komputer
Laboratorium Komputer melakukan digitalisasi dari media-media sebagai berikut:
  • Buku/Kitab, jurnal, artikel dan lain-lain
  • Microfilm
  • Kaset
  • VCD, DVD, MiniDV
  • Gambar dan Foto
  • Education Software
Dari media-media di atas menghasilkan koleksi digital yang berupa, 1. Electronic References, 2. Education Software, 3. Koleksi Video dan 4. Koleksi Audio.

Lab Bahasa Pon-Pes Darussalam

Laboratorium Bahasa Pon-Pes Darussalam

 
Hal-Hal Utama
Keefektifan laboratorium bahasa disekolah-sekolah Indonesia pada saat ini sangat rendah dan tergantung pada kemampuan dan kepandaian masing-masing guru serta kepala sekolah diantara sekolah-sekolah tersebut. Situasi seperti ini timbul karena model laboratorium bahasa yang ada kebanyakan tidak dipergunakan serta penyelenggaraan penginstalasian laboratorium bahasa di sekolah tidak diawasi kwalitasnya ( tidak adanya standarisasi kwalitas ), juga masalah operasional (termasuk pembiayaan yang pro-aktif dan reaktif , suku cadang, pemeliharaan, pelatihan dan anggaran perlatan ) tidak ditujukan secara efektif. Penginstalasian laboratorium bahasa biasanya tidak berdasarkan pada rencana jangka waktu yang cukup lama dan kurang terkoordinasi. Rencana teknologi, pelatihan guru dan pengenalan peralatan mengajar sebaiknya harus sudah diperkenalkan sebelum peralatan tersebut sebelum dipasang.
Berdasarkan situasi yang ada
Dalam tahun 1982/83 sebanyak 500 Tandberg (sistem 500) Audio Active Comparative (ACC) laboratorium bahasa sebenarnya sudah diinstaslasi disekolah-sekolah Indonesia. Banyak laboratorium Tandberg yang asli masih teta beroperasi. Meskipun, sangat bervariasi sekali dalam hal tingkat ketahanannya juga dalam hal penggantian suku cadang sekarang ini menjadi masalah yang cukup serius. Dan mereka telah "tersapu" oleh penginstalasian baru ( kebanyakan laboratorium bahasa Panasonic ) yang sampai saat ini masih terus bertahan.
Menuju Model lebih baik
Syarat utama bagi para pekerja baik yang profesional maupun semi-profesional di Indonesia adalah kemampuan berbahasa asing dan kemampuan komputer. Dan hal yang sangat ditekankan dilapangan adalah kemampuan berbicara / mendengarkan. Mengingat dari seluruh wilayah nusantara hanya 30 % dari lulusan SMU yang melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi ( 70 %nya terjun langsung dalam lapangan kerja ), kemampuan dalam hal tersebut (berkomunikasi) dalam lapangan kerja paling tidak dalam tingkat seimbang pemakaiannya, dan paling tinggi tidak lebih dari kemampuan untuk membaca dan menulis ( biasanya cenderung berorientasi ke tingkat akademi). Sangat jelas bahwa sekarang alokasi waktu untuk mempraktekan kemahiran berbahasa dalam program belajar di sekolah kurang, padahal itu adalah kunci utama yang harus diperhatikan
Model baru yang mana saja di Indonesia sekarang harus memperhatikan beberapa faktor berikut;
  • akuisisi praktek kemampuan berbahasa (praktek berbicara, mendengarkan dan memahami suara dari penutur asli, meningkatkan keberanian),
  • ukuran kelas (saat ini jumlah maximum siswa adalah 48 orang), fleksibilitas gaya mengajar (pendekatan komunikatif oleh guru bahasa tidak tercermin dalam model rancangan sekarang ini),
  • kemampuan memonitor dan bekerja dengan masing-masing siswa (dalam semua bentuk pelajaran),
  • sistem perawatan prventif.
Bentuk rencana-ruangan ini mengambarkan 24 siswa dengan bentuk laboratorium-U. Telah dilakukan banyak sekali cara untuk menyelesaikan banyak masalah yang secara spesifik berhubungan dengan kebutuhan program sekolah bahasa. Fokus utama dalam membangun model laboratorium bahasa adalah kwalitas. Dan pertama yang harus diperhatikan adalah ukuran kelas, kegiatan laboratorium, dengan definisi harus memberi kesempatan untuk percobaan yang dapat dimonitor dengan bantuan guru yang sesuai dengan kebutuhan siswa masing=masing. Dibutuhkan usaha yang sangat besar untuk memonitor 48 siswa dalam waktu 45 menit kegiatan mengajar (dikurangi waktu untuk pengenalan pelajaran dan waktu memeriksa ulang) hal ini sangat tidak realisitis. Konsep awal untuk memecahkan masalah ini berpusat diseputar merubah ukuran kelas (dibagi dua), serta membagi ruang laboratorium yang ada dengan partisi (dinding) kaca. Pada ruang ke dua (berkaca) menjadi ruang Self-Access (SA) yaitu tempat dimana siswa/i dapat belajar secara mandiri. Di ruang Self-Access terdapat fasilitas seperti kaset rekaman (kalau ada sisa dari lab yang lama maka ini dapat dimodifikasi), video/TV dan peralatan mendengar (pada kebanyakan sekolah sudah mempunyai televisi dan video yang jarang dipakai di ruangan lain), bahan yang berhubungan dengan kurikulum (yang dibuat sendiri). Materi SA dihasilkan dari sumber-sumber bahan yang ada di perpustakaan termasuk koleksi "Languages Other Than Indonesian" (LOTI).
Walaupun tujuannya untuk memeriksa pengadaan sumber-sumber bahan yang ada di perpustakaan untuk keperluan fasilitas SA, fenomena yang ada sangat mengherankan. Yaitu kebanyakan setiap mengunjungi perpustakaaan selalu kosong, yang ada hanya penjaga perpustakaan atau staf yang hanya mengawasi buku-buku. Berdasarkan pengamatan, mengapa perpustakaan tidak dipergunakan oleh siswa alasannya adalah semua siswa berada didalam kelas. Nyata sekali dalam hal ini bahwa guru tidak biasa memanfaatkan fasilitas perpustakaan sebagai bagian dari strategi mengajar di kelas mereka. Perpustakaan pada dasarnya hanya berfungsi tidak lebih sebagai gudang buku. Hal ini menimbulkan pikiran logis dan jauh lebih bermanfaat untuk megembangkan atau merubah fasilitas perpustakaan daripada membangun ruang khusus berkaca (yang hanya bisa dipakai oleh para siswa bahasa). Kelas laboratorium bahasa dapat dibagi menjadi dua kelompok (masing-masing 24 siswa), dan 24 siswa yang tidak ikut kelas laboratorium dibuatkan jadwal untuk mengunjungi perpustakaan. Rencana ini juga lebih efektif apabila memanfaatkan staf perpustakaan dan mengijinkan guru bahasa lebih bebas untuk memfokuskan diri pada kegiatan belajar bahasa di laboratorium.
Keuntungan lebih jauh dari pendekatan seperti ini adalah meningkatnya fasilitas perpustakaan sehingga seluruh anggota lingkungan sekolah dapat menggunakannya selama jam buka perpustakaan. Konsep ini juga menimbulkan masalah penting lainnya (barangkali salah satu yang terpenting) yang perlu dihadapi yaitu - "akses perpustakaan". Perpustakaan sekolah biasanya buka hanya selama waktu belajar dan waktu yang singkat setelah sekolah usai (biasanya 15 menit) supaya siswa dapat meminjam buku. Konsep siswa mengunjungi perpustakaan untuk belajar setelah sekolah usai tidak mendapat dukungan. Di Indonesia, dimana jumlah anggota keluarga biasanya besar dan terbatasnya ruangan pribadi dirumah-rumah, seringkali sulit bagi siswa untuk berkonsentrasi membuat pekerjaan rumah atau menemukan ruangan sepi untuk membaca. Membaca dan ketertarikan dalam membaca (minat baca) adalah salah satu dasar untuk membangun dan mendidik masyarakat. Meskipun saat ini, jam buka perpustakaan sekolah pada umumnya tidak mendukung dan mendorong siswa untuk memanfaatkan fasilitas tersebut. Hal ini bukanlah situasi yang hanya terjadi di sekolah tetapi juga di lembaga-lembaga lain, mereka memliki keterbatasan waktu perpustakaan yang singkat. Perpustakaan Nasional Indonesia menyatakan bahwa perpustakaan harus menjadi "pusat belajar mengajar". Walaupun, hal ini perannnya jauh sangat berbeda dari situasi yang ada saat ini.
Model laboratorium bahasa baru, berdasarkan pelaksanaannya, mempunyai potensi yang secara keseluruhan dapat meningkatkan kwalitas program belajar bahasa melalui;
  • Meningkatkan rasio guru/siswa secara makro dan pelatihan ketrampilan khusus juga untuk penilaian ketrampilan siswa secara perseorangan.
  • Meningkatkan fleksibilititas cara mengajar.
  • Persiapan untuk role-playing (memainkan peran) dan berinteraktif secara langsung untuk menambah sesi praktek berbicara / mendengar dan membantu meningkatkan rasa percaya diri siswa (ditengah-tengah laboratorium model U ini)
  • Menghilangkan sekat antara para siswa selama waktu praktek untuk menstimulasi siswa berinteraksi sehingga mendorong perkembangan rasa percaya diri.
  • Meningkatkan akses guru ke siswa untuk memonitor maupun membantu selama latihan cloze dan menulis/ mendengar.
  • Meningkatkan pengenalan akan alat bantu mengajar (papan tulis, OHP, dll)
  • Meningkatkan siswa memakai Self Access dan fasilitas perpustakaan.
CATATAN:
1. Diharapkan bahwa dengan meningkatkan akses dan penggunaan perpustakaan dapat mendorong siswa menggunakan fasilitas sekolah lebih sering serta membantu meningkatkan tingkat minat baca siswa (yang terpenting). Harapan yang dihasilkan selanjutnya dari penganalan self access yaitu siswa menjadi lebih peka akan kewajiban mereka mengenai pelajarannnya dan bagaimana belajar mandiri. Ini adalah ketrampilan yang ditujukan untuk persiapan yang lebih baik bagi siswa yang ingin melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi maupun yang akan terjun langsung ke lapangan kerja.
2. Sangat penting dicatat bahwa bentuk pemikiran teknologi pendidikan (termasuk alat bantu belajar komputer) juga akan membutuhkan analisa yang cermat dan pemahaman akan semua kebutuhan serta masalah yang sustainability (terus-menerus), jauh sebelum penginstalasian dimulai. Agar semua teknologi pendidikan dapat menjadi lebih efektif, efisien serta tetap berlangsung hal tersebut sangat penting sekali untuk dipertimbangkan pengintegrasiannya ke dalam sistem pendukung, yang terbaik adalah mempersatukan keperluan kurikulum, guru dan siswa. Yang harus didahulukan pertama adalah system pendukung baru kemudian teknologi.
Kami menyarankan apabila anda ingin membeli peralatan, software atau memasang fasilitas Internet gunakanlah FORUM di homepage ini untuk meminta saran dan bantuan dari pihak pendidikan yang berpengalaman. Bandingkanlah harga dan garansinya sebelum memesan dan membeli barang.